Berita Update

(Terbaru)
BERGERAK: Diseminasi jadi salah satu cara menyebarkan dan membangun sistem demi menekan angka stunting di Kaltim.

GARISPENA.CO - SAMARINDA - Angka prevalensi stunting alias tengkes di Kaltim mengalami kenaikan. Bila pada 2021 angkanya berada di 22,8 persen, 2022, nilainya meningkat menjadi 23,9 persen. Meski begitu, di sebagian daerah di Kaltim malah menunjukkan penurunan angka tersebut. Seperti Penajam Paser Utara (PPU), Kutai Timur, Berau, Mahakam Ulu, dan Bontang.


Adapun sebagian lagi, yakni Samarinda, Balikpapan, Kutai Kartanegara, Paser, dan Kutai Barat menggambarkan peningkatan angka stunting. "Data ini menunjukkan bahwa masih ada PR dan tantangan yang cukup besar untuk mencapai target pemerintah pada 2024," ucap Sekretaris Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kaltim Al Khafid Hidayat.


Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 menyebutkan, BKKBN mengemban amanah sebagai ketua pelaksana percepatan penurunan stunting. Karena itu, sudah menjadi kewajiban Perwakilan BKKBN Kaltim untuk mengkoordinasikan dan bersinergi dengan berbagai lintas sektor dalam percepatan penurunan stunting.


Untuk bisa mengendalikan persentase stunting tersebut, Khafid menilai perlu ada sistem pembangunan yang terintegrasi dengan penduduk sebagai titik sentral. Harapannya, masyarakat akan lebih merasakan kehadiran dan kesungguhan pemerintah dalam mewujudkan penduduk berkualitas.


Sementara itu, pejabat fungsional ahli madya Perwakilan BKKBN Kaltim Harlan Lelana menjelaskan, dalam misi menurunkan angka stunting di Kaltim, Perwakilan BKKBN Kaltim telah berstudi kasus dan pembelajaran baik stunting. Mereka bermitra bersama perguruan tinggi menyusun policy brief.


Hal ini bertujuan menganalisa praktik baik pelaksanaan pendampingan intervensi percepatan penurunan stunting di Kampung KB. Adapun praktiknya dilaksanakan oleh tim peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Kaltim. (prb/ty/adv/hms/kominfokaltim)