Berita Update

(Terbaru)
ilustrasi rumput laut

Kutai Kartanegara - Kelurahan Tanjung Harapan, Samboja, menghadapi tantangan serius dalam sektor budidaya rumput laut.

Selama dua tahun terakhir, petani di wilayah pesisir ini tidak lagi bisa membudidayakan rumput laut karena kegagalan panen yang berulang, menyebabkan kerugian ekonomi bagi warga.

Lurah Tanjung Harapan, Nasuha, menyampaikan bahwa sebelumnya, rumput laut sempat menjadi komoditas andalan dan mendongkrak ekonomi lokal, terutama pada periode 2021 hingga awal 2023. Harga keringnya pernah menyentuh Rp42.000 per kilogram. Namun, sejak akhir 2023, kondisi berubah drastis.

"Sudah dua tahun ini tidak bisa dibudidayakan lagi. Rumput laut mati terus. Dugaan awal kami, mungkin karena pencemaran air laut atau curah hujan yang tinggi, tapi belum ada hasil resmi dari pemeriksaan laboratorium," jelas Nasuha melalui telpon, Kamis (12/06/2025).

Menurutnya, meski beberapa kali tim dari kabupaten dan provinsi turun langsung ke lokasi, hasil pengecekan kualitas air belum pernah disampaikan secara resmi ke pihak kelurahan atau warga.

Kondisi tersebut sangat disayangkan, karena sebelumnya rumput laut tidak hanya dijual mentah, tetapi juga diolah menjadi produk seperti agar-agar dan dikirim ke luar daerah, bahkan ekspor lewat jalur Sulawesi dan Jawa.

"Sempat ada perencanaan pembentukan Kampung Rumput Laut, yang akhirnya batal karena kegagalan budidaya rumput laut ini," tuturnya.

Gagalnya rumput laut menjadi alarm penting bagi perlunya perlindungan ekosistem laut dan kepastian informasi kepada warga pesisir yang menggantungkan hidup pada sumber daya alam tersebut. (ADV/Diskominfo Kukar)

Penulis: Yk/Garispena.co