Berita Update

(Terbaru)
Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Makmur HAPK.

Samarinda – Upaya menghadirkan listrik hingga ke wilayah pedalaman Kalimantan Timur dinilai bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan investasi sosial jangka panjang. Kehadiran energi listrik di desa-desa terpencil dianggap mampu mempercepat peningkatan kualitas pendidikan, membuka akses teknologi, serta mendorong kesejahteraan masyarakat yang selama ini hidup tanpa penerangan memadai.

Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Makmur HAPK, menyampaikan bahwa kebijakan pemerintah dalam memperluas elektrifikasi mencerminkan keseriusan negara dalam memenuhi kebutuhan dasar warga.?

Ia menilai, langkah tersebut menjadi bukti bahwa pembangunan tidak hanya berorientasi pada kawasan dengan nilai ekonomi tinggi, tetapi juga menyentuh daerah yang secara geografis sulit dijangkau.

“Program listrik ini bukan keputusan tergesa-gesa. Pemerintah sudah menghitung dampaknya, karena listrik menyangkut kehidupan banyak orang,” kata Makmur, Sabtu (13/12/2025).

Ia mencontohkan, sejumlah desa di wilayah pemilihannya yang sebelumnya tidak memiliki akses listrik kini sudah menikmati penerangan. Kondisi tersebut, menurutnya, menunjukkan bahwa kebijakan elektrifikasi dijalankan dengan perencanaan yang matang dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat.

Lebih lanjut, Makmur menyoroti pelaksanaan Program Listrik Desa (LISDES) yang digagas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bersama PT PLN (Persero). Program ini secara khusus menyasar wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), termasuk dengan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) komunal bagi daerah yang belum memungkinkan terhubung dengan jaringan utama.

Selain LISDES, pemerintah juga menyalurkan Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) bagi rumah tangga kurang mampu. Menurut Makmur, bantuan tersebut menjadi langkah strategis untuk memastikan seluruh lapisan masyarakat memperoleh hak yang sama atas akses energi.

Ia mengakui bahwa dari sudut pandang bisnis, pembangunan jaringan listrik ke pelosok kerap menghadapi tantangan besar. Jarak yang jauh dengan jumlah pelanggan terbatas membuat proyek tersebut tidak selalu menguntungkan secara finansial.

“Ada wilayah yang harus ditempuh puluhan kilometer hanya untuk melayani sekitar 50 rumah. Secara bisnis jelas tidak ideal,” ujarnya.

Namun demikian, Makmur menegaskan bahwa dampak sosial dari pemerataan listrik jauh melampaui pertimbangan ekonomi. Salah satu sektor yang paling merasakan manfaatnya adalah pendidikan.

Dengan tersedianya listrik, kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung lebih optimal, mulai dari penerangan ruang kelas hingga pemanfaatan perangkat digital dan teknologi pembelajaran.

“Listrik sekarang menjadi tulang punggung pendidikan modern. Tanpa listrik, anak-anak kita akan tertinggal,” tuturnya.

Makmur pun mengapresiasi langkah pemerintah pusat yang terus mendorong elektrifikasi hingga ke wilayah yang sulit dijangkau. Ia berharap program tersebut terus berlanjut agar tidak ada lagi desa yang tertinggal akibat keterbatasan akses energi.

“Dulu rasanya mustahil kampung kami bisa menikmati listrik. Sekarang sudah terbukti, dan manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat,” pungkasnya.? (ADV/DPRD KALTIM)

Penulis: Diba/Garispena.co