Berita Update

(Terbaru)
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin

Samarinda - Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kalimantan Timur (Kaltim) terus meningkat dan kini telah menembus angka 2.836. Dari data yang dirilis Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, Balikpapan menjadi wilayah dengan sebaran kasus tertinggi mencapai 765 kasus, disusul Kabupaten Kutai Kartanegara dengan 606 kasus, dan Kutai Timur 400 kasus.

Kondisi ini membuat Dinkes Kaltim kembali memperkuat imbauan kepada masyarakat agar tidak lengah terhadap ancaman DBD, khususnya di masa peralihan cuaca dan musim hujan.

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin, menyampaikan bahwa persebaran kasus ini menjadi indikator penting bahwa kewaspadaan harus ditingkatkan, terutama di daerah padat penduduk.

“Balikpapan dan Kukar menunjukkan angka tertinggi dalam laporan kasus. Ini menunjukkan bahwa tantangan pengendalian DBD di wilayah urban dan semi-urban masih cukup besar,” kata Jaya saat ditemui di Samarinda, Selasa (15/7/2025).

Selain tiga daerah tersebut, Samarinda juga mencatat jumlah kasus yang cukup tinggi sebanyak 348 kasus. Menyusul kemudian Bontang (211), Paser (197), Penajam Paser Utara (150), Kutai Barat (89), Berau (62), dan Mahakam Ulu dengan delapan kasus.

Tak hanya dari sisi jumlah kasus, laporan juga menunjukkan adanya korban jiwa akibat DBD. Kabupaten Paser menjadi wilayah dengan tingkat kematian tertinggi yakni dua orang meninggal dunia, sementara daerah lain seperti Kutai Timur, Balikpapan, Kukar, Berau, dan PPU masing-masing melaporkan satu kasus kematian.

Meski begitu, Jaya menegaskan bahwa sebagian besar daerah di Kaltim masih berhasil mempertahankan tingkat kematian akibat DBD di bawah 0,5 persen, sesuai target dalam Rencana Strategis (Renstra) kesehatan.

“Kami tetap fokus menjaga case fatality rate tetap rendah. Tapi tentu, pencegahan di hulu jauh lebih penting. Kami mengimbau masyarakat menerapkan Gerakan 3M Plus secara konsisten,” jelasnya.

Gerakan 3M Plus yang dimaksud meliputi menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk, serta ditambah upaya lain seperti penggunaan kelambu, vaksinasi, dan larvasida.

Dinkes Kaltim juga tengah menggencarkan promosi kesehatan dan edukasi ke masyarakat, termasuk melibatkan komunitas lokal dan sektor non-pemerintah dalam pencegahan.

“DBD bukan semata tanggung jawab tenaga medis. Ini masalah lingkungan dan perilaku hidup bersih yang harus ditanamkan bersama,” tegasnya.

Dengan tren kasus yang terus meningkat, Dinkes berharap masyarakat tidak hanya bereaksi saat terjadi lonjakan, melainkan membentuk kebiasaan menjaga kebersihan dan menghilangkan potensi tempat berkembang biaknya nyamuk di lingkungan masing-masing. (ADV/Diskominfo Kaltim)

Penulis: Difa/Garispena.co