Berita Update

(Terbaru)
Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ananda Emira Moeis.

Samarinda - Kondisi stunting di Kalimantan Timur menjadi sorotan serius karena tidak hanya menghambat pertumbuhan fisik anak, tetapi juga berpotensi mengganggu perkembangan otak secara permanen. Para ahli menekankan, intervensi gizi yang tepat sasaran dan maksimal menjadi kunci untuk memastikan masa depan generasi mendatang.

Data terbaru menunjukkan prevalensi stunting di Kaltim berada di angka 22,2 persen, hanya sedikit turun dari 22,8 persen pada 2021. Angka ini masih jauh dari target nasional yang menargetkan penurunan menjadi 14 persen pada 2024.

Kondisi tersebut memicu kritik dari Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ananda Emira Moeis, yang menilai langkah pemerintah provinsi masih kurang agresif.

“Kalau intervensinya tidak tepat sasaran, dampaknya bisa sangat panjang. Stunting bukan hanya soal tubuh anak yang lebih kecil, tetapi bisa memengaruhi kemampuan berpikir mereka di masa depan,” kata Ananda, Senin (8/12/2025).

Politisi PDIP ini menegaskan bahwa penanganan stunting harus fokus pada pemenuhan gizi sejak 1.000 hari pertama kehidupan. Selain itu, perhatian terhadap remaja putri juga penting, agar mereka siap menjadi ibu dengan kondisi kesehatan optimal.

Menurut Ananda, pemeriksaan kesehatan rutin dan pemberian vitamin tambahan sangat dibutuhkan untuk mencegah stunting.

Ia juga mendorong pemerintah daerah untuk memperkuat tenaga medis di tingkat kelurahan dan kecamatan, terutama di Posyandu dan Puskesmas, karena tenaga kesehatan menjadi garda terdepan dalam mendeteksi masalah gizi anak.

“Mereka yang pertama meng-screening dan memberikan informasi kepada warga. Tenaga medis harus diperbanyak, bukan hanya ada secara jumlah tetapi juga mampu memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya.

Meskipun Pemprov Kaltim mengklaim telah mengoptimalkan lebih dari 5.000 Posyandu, Ananda mempertanyakan efektivitas layanan tersebut. Sebab, fasilitas yang ada tanpa fungsi yang optimal tidak akan menurunkan angka stunting secara signifikan.

Untuk itu, ia menekankan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap seluruh layanan kesehatan, mulai dari Posyandu, Puskesmas, hingga rumah sakit rujukan, agar penanganan stunting di Kaltim memberikan dampak nyata bagi ibu dan anak. (ADV/DPRD KALTIM)

Penulis: Diba/Garispena.co